Dilihat dari kacamata publik, dunia perfilman Thailand memang sedang melaju pesat untuk saat ini ya bisa disebut Film Thailand Terbaik. Meskipun sempat mengalami pasang surut pada tahun 1990-an, namun seiring dengan munculnya sineas-sineas muda berbakat, industri film di Thailand kini mulai kembali menemukan titik terangnya. Hal ini membuat beberapa film produksi Thailand acap tembus ke dalam box office.
Sejak tahun 1923, penduduk Thailand merasakan negara kelahirannya itu mulai bisa unjuk gigi atas kemampuannya menarasikan berbagai cerita ke dalam layar kaca. Hal ini diprakarsarai oleh film produksi Thailand berjudul Nang Sao Suwan, yang menjadi film fiksi pertama panjang mereka. Sementara berikut ini merupakan daftar film Thailand terbaik yang perlu Anda tonton. Apa saja? Yuk, dilihat langsung daftarnya.
1. Ong-Bak: The Thai Warrior (2003)
Jika di Indonesia ada The Raid yang diperankan dengan sangat baik oleh Iko Uwais, maka Thailand ada sosok jago kelahi bernama Tony Jaa yang kemunculannya di Ong-Bak membuat seluruh pasang mata terpincut dengan aksi bela dirinya yang sangat memukau. Ong-Bak: The Thai Warrior adalah film yang bergerak di bawah arahan sutradara Prachya Pinkaew yang kemudian melambungkan nama Tony Jaa sebagai aktor laga papan atas dunia yang kemudian membawanya ikut main dalam film-film Jet Li dan Jackie Chan.
Tony Jaa memegang tokoh sentral bernama Ting. Ketika itu, di sebuah desa bagian timur laut Thailand, ada patung bernama Ong-Bak yang kepalanya dicuri. Ting yang seorang ahli bela diri kemudian berkunjung ke Bangkok untuk mengambil kembali kepala patung tersebut. Namun tanpa dia sangka, misi merebut kembali kepala patung Ong-Bak harus dipenuhi dengan berbagai pertarungan sengit yang melibatkannya.
Mengapa Oliswel.com menyarankan Anda untuk menonton film Thailand terbaik ini? Sebab, selain ceritanya yang tak sulit dicerna, film yang berhasil memperoleh pendapatan sekitar $4 juta saat diputar di pasar Amerika Serikat ini juga berbuntut panjang dengan terlahirnya dua sekuel lanjutan dari film ini yang dirilis pada tahun 2008: Ong-bak 2 dan 2010: Ong-bak 3 –meskipun ternyata tidak mengalami kesuksesan seperti yang dialami oleh Ong-Bak: The Thai Warrior.
2. The Protector (2005)
Dua tahun setelah melakoni perannya sebagai Ting dalam Ong-Bak: The Thai Warrior, Tony Jaa kembali hadir dalam sinema bertajuk The Protector yang dimotori oleh orang yang sama yakni Prachnya Pinkaew. Pada film yang berjudul asli Tom Yum Goong ini, sang tokoh utama “ditugaskan” untuk mengejar gajahnya yang ingin dijadikan santapan di negeri asing. Gajah sendiri di negara Thailand merupakan hewan yang sangat lekat dengan kehidupan masyarakatnya, tapi tidak untuk dijadikan makanan.
Kham yang diperankan oleh Tony Jaa dengan ayahnya memiliki dua ekor gajah yang diculik pada sebuah festival. Kham mendapat informasi kalau gajah tersebut akan dijadikan hidangan di sebuah restoran Thai milik ketua gangster Vietnam, Johnny. Mengetahui hal tersebut, Kham langsung mendatangi restoran yang berada di Sydney, Australia itu.
Sesampainya di sana, dia justru diciduk oleh polisi korup. Tak lama setelahnya, Kham berhasil melarikan diri. Namun, Kham harus menerima kenyataan pahit karena salah satu gajahnya telah dijadikan bahan santapan oleh pengunjung restoran. Tak ingin gajah keduanya menjadi korban, Kham pun mencoba membebaskan satu gajahnya yang masih selamat dengan mengeluarkan ilmu bela dirinya. Dia tak sendirian ketika itu karena ada Mark, seorang polisi Sydney keturunan Thailand, dan Pla, seorang wanita Thailand yang melacur di sana, yang ikut menemaninya.
3. Syndromes and a Century (2006)
Salah satu persembahan yang sangat idealis dari seorang Apichatpong Weerestakhul, sutradara yang paling dihormati di ranah persinemaan film seni. Lewat Syndromes and a Century, Apachatpong ingin melakukan komparasi antara kesederhanaan dan modernitas dengan menyuguhkan scene-scene yang sebenarnya merupakan deretan potret penuh matafor yang menghasilkan unsur realisme atau lari dari kenyataan pada setiap lini ceritanya.
Secara kilas, Syndromes and a Century menampilkan dua kisah dokter yang hidup di dua waktu berbeda. Pertama, ada Dr. Toey yang berlatar belakang di pedesaan, dan kedua, ada Dr. Nohng yang berlatar belakang di kota besar. Perbandingan yang begitu jelas sebenarnya bukan hanya soal tempat, melainkan waktu yang memengaruhi perkembangan zaman. Agar tampak nyata, Apachatpong mengambil rentang waktu hingga tiga puluh tahun lamanya.
Pada kisah pertama, kita akan disuguhkan oleh elemen-elemen sosial yang sarat akan kesopanan. Hal ini tampak ketika sang dokter ditaksir oleh seorang laki-laki, namun kisahnya tak berjalan ke tujuan yang kerap ditemui pada film-film masa kini. Ada rasa malu dan sikap yang begitu hangat dari hubungan alamiah kedua dokter ini, meski tak ada hubungan yang terjalin antara keduanya.
Sedangkan pada kisah yang kedua, dengan tata adegan yang sama persis seperti adegan pembuka. Berlatar di perkotaan yang sangat modern, mewah, dan canggih, penontona akan diperlihatkan interaksi antara pria dan wanita yang kurang pantas. Jauh berbeda dengan kisah pertama, di sini cukup banyak adegan yang terbilang liar pada masa di mana etiket dalam bersosialisasi masih dijunjung tinggi, seperti adegan ciuman dan sejenisnya.
Memang jika tak terbiasa dengan film-film semacam ini, Anda akan kesulitan untuk mencerna segala kompleksitas unsur yang diusungnya. Namun hal ini yang justru menjadikan Apichatpong digadang-gadang sebagai sinematografer yang cukup berkelas di Negeri Gajah Putih tersebut. Meski begitu, terlepas dari riuhnya metafora dan ambiguitas yang melekat kental, Sydromes and a Century tak layak jika Anda biarkan begitu saja.
4. Bangkok Traffic Love Story (2009)
Yang satu ini adalah film Thailand terbaik yang bisa membuat Anda tertawa dengan segala jenaka dari para pemainnya. Diceritakan ketika itu, Li, seorang wanita berusia 30 tahunan yang baru ditinggal menikah oleh sahabatnya bertemu dengan Loong, seorang pria berwajah dan berfisik tampan, dalam sebuah kecelakaan. Berbagai macam kecelakaan kemudian menjadi penghubung kisah antara Li dan Loong, mulai dari kereta api, planetarium, pesta air, dan masih banyak lagi.
Li yang terpincut oleh ketampanan Loong berupaya untuk mendekatinya dengan mengubah kekunoaannya. Demi tercapainya keinginan itu, Li belajar dari Plern, seorang tetangga perempuan yang cenderung lebih modern dan berani. Sayangnya, saat kedekatan terbangun dengan berbagai keceriaan yang selalu menyertai, ada sebuah perpisahan yang menanti mereka.
Sebagai tontonan yang menarik, Bangkok Traffic Love Story pantas jika dianggap sebagai salah satu film Thailand terbaik dan terlaris pada tahun 2009. Meski mengangkat cerita yang umum, tapi dikarenakan lekat dengan kultur Indonesia, Bangkok Traffic Love Story pun menjadi sebuah hiburan yang banyak disukai oleh remaja Indonesia, terutama untuk para perempuan masa sekarang yang seringkali berurusan dengan status perkawinan.
5. Season Change (2006)
Untuk menambahkan film Thailand terbaik pada daftar ini, setelah Bangkok Traffic Love Story, ada Season Change yang juga merupakan film Thailand terbaik romantis yang siap menimbulkan gelak tawa. Film ini digarap oleh Nithiwat Tharathorn yang sekaligus merangkap naskahnya. Season Change yang rilis pada tahun 2006 ini dibintangi oleh Witawat Singlampong, Chutima Teepanat, dan Yuwanat Arayanimisakul. Sejak penayangan perdananya, Season Change mendapat sambungan hangat oleh target pasarnya yang dengan cepat menjalar menjadi favorit di kalangan remaja.
Sebagai tontonan yang begitu dekat dengan kebanyakan remaja masa kini, Season Change bisa menjadi inspirasi yang semakin mengenalkan kita tentang persahabatan dan percintaan. Di sebuah Universitas Mahidol, ada Pom, pria yang naksir dengan Dao, seorang wanita cantik yang bermain biola di orkestra. Pom sendiri merupakan pemain drum rock berbakat yang memiliki band dengan dua orang temannya, Ched dan Chat.
Saat kata hatinya semakin membuatnya berani untuk mendekati Dao, Pom pun mencoba bergabung di orkestra tempat Dao bermain biola. Di orkestra tersebut, Pom ditugaskan oleh konduktor Rosie untuk bermain timani. Dikarenakan jadwal yang bertabrakan antara bermain di band-nya dan orkestra tempatnya mengejar cinta Dao, Pom pun harus berani memilih antara Dao, atau sahabat-sahabatnya.
6. Chocolate (2008)
Sukses besar lewat Ong-Bak dan Tum Yum Goong, sutradara pembesutnya, Prachya Pinkaew, kembali mempersembahkan Chocolate. Untuk kali ini, Prachya tidak menampilkan para aktor yang jago muay thai, tetapi seni bela diri taekwondo. Tak lama setelah peredarannya, Chocolate langsung memperoleh perhatian besar serta acungan jempol dari para penonton karena ramuan apik untuk menggabungkan naskah dengan adegan aksi yang sempurna dan memukau mata.
Chocolate mengikuti jejak Kid Power yang bernama asli Zen, seorang anak perempuan penggemar cokelat yang luar biasa kemampuan taekwondonya. Sebetulnya, Zen adalah adalah penderita autis yang meskipun begitu, dia mampu mencerna gerakan dengan cepat sehingga tak ada kesulitan yang dia dapati saat harus meniru gerakan taekwondo tersulit sekalipun.
Zen hanya tinggal bersama ibunya, Zin, karena ayahnya, Masashi, terpaksa pulang demi keselamatan keluarganya. Saat ibu Zen mengidap kanker, Zen yang terbiasa mencari uang dengan memamerkan keahlian bela dirinya pun melakukan aksi yang terbilang nekat yakni menagih hutang dari orang-orang yang dulu pernah meminjam uang kepada ibunya.
Berangkat sendirian ternyata tak menyurutkan langkah Zen. Bahkan, Zen berhasil membasmi orang-orang yang tak ingin membayar hutangnya. Namun tak lama setelah itu, Zen berurusan dengan seorang mafia Thailand bernama Number 8 yang mencoba untuk menyakiti Zin dan Zen. Number 8 sendiri adalah sosok yang bertanggung jawab atas berpisahnya kedua orangtuanya.
7. Pee Mak (2013)
Pee Mak merupakan salah satu film Thailand terbaik Mario Maurer yang serupa dengan film Nang Nak rilisan 1999. Film ini secara garis besar menunjukkan hubungan romantis tak biasa dari sepasang suami istri. Saat perang berkecamuk yang melibatkan Thailand, Pee Mak beserta empat temannya ikut “menyumbang nyawa” di medan perang tersebut yang pada akhirnya mereka selamat.
Setelah masa tugasnya selesai, Pee Mak dan keempat temannya itu mengunjungi sang istri yang setia menanti kedatangan Pee Mak di rumah. Istrinya, Nang Nak, yang ketika ditinggal perang saat itu sedang hamil tua, tampak aneh di mata keempat teman Pee Mak. Bahkan, penduduk desa pun takut kepada Nak karena dia sudah meninggal beberapa bulan lalu. Meski telah diperingatkan oleh penduduk desa dan teman-temannya, Pee Mak masih tak percaya kalau istrinya sudah tiada.
Meskipun mengambil cerita yang cukup horor, tapi kenyataannya Pee Mak sama sekali jauh dari kesan menakutkan. Justru, di sepanjang film Anda akan dibuat ketawa terpingkal-pingkal oleh kekonyolan dari kombinasi ke-5 bintang tersebut. Satu adegan yang menurut Oliswel paling lucu itu ketika mereka ber-6 (termasuk Nang Nak) sedang berada di perahu di mana mereka semua justru tidak percaya satu sama lain karena mengira satu di antara teman-temannya adalah seorang hantu.
8. The Legend of Suriyothai (2001)
The Legend of Suriyothai merupakan film Thailand terbaik dan paling legendaris yang mengangkat tema sejarah. Film ini disutradarai oleh Chatrichalerm Yukol dengan menampilkan beberapa bintang seperti Piyapas Bhirombhakdi dan Sarunyu Wongkrachang. Ceritanya mengenai kehidupan Sri Suriyothai, seorang tokoh wanita bersejarah di Thailand yang merupakan permaisuri dari Raha Maha Chakkraphat, seorang Raja Ayutthaya.
Suriyothai dalam film ini dikisahkan dari sisi yang berbeda sejak dia remaja hingga akhir hidupnya. Perempuan ini digambarkan sebagai sosok perempuan tangguh yang berani melawan tradisi, terutama untuk bertemu kekasihnya, Pangeran Pirenthorathep yang meskipun tak direstui oleh ayahnya karena ayahnya ingin dia menikahi pewaris tahta kerajaan, Pangeran Thienraja.
Untuk kebaikan semua orang, pada akhirnya Suriyothai mengiyakan keinginan ayahnya dan menikahi pangeran tersebut. Meski tak mencintainya, namun Suriyothai tetap setia kepada pangeran itu. Hingga suatu ketika, terjadi konflik internal yang menimbulkan perang antar kubu di mana hal tersebut membuat Suriyothai secara heroik menumpangi gajah untuk masuk ke perang itu untuk menolong suaminya tanpa takut kehilangan nyawanya.
9. ATM: Er Rak Error (2012)
Untuk film Thailand terbaik dan romantis yang satu ini, sang sutradara benar-benar cerdas dalam mengambil objek yang menjadi pusat dari segala permasalahannya. Bagaimana tidak, sebuah ATM yang hanyalah benda statis itu justru dijadikan alat untuk bertaruh demi eksistensi diri di sebuah perusahaan. Jadi, pada film ini diceritakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perbankan mengalami kerugian akibat kesalahan dari tim IT dalam memperbaharui perkakas lunak pada mesin transaksi otomatis milik perusahaan itu.
Dua orang yang bekerja di perusahaan tersebut yang di mana salah satunya adalah seorang wakil direktur, Jib, juga turun tangan untuk memecahkan masalah tersebut. Dalam “misi” tersebut, dia bertaruh dengan pacarnya, Suer, yang barang siapa tidak bisa menyelesaikan masalah ini maka harus mengundurkan diri dari perusahaan tersebut. Namun tak ada yang menyangka jika keduanya justru berujung romantis ketika harus menyudahi permasalahan yang sebetulnya biasa itu.
10. My Girl (2003)
My Girl yang berjudul asli Fan Chan adalah film Thailand terbaik dan teromantis sepanjang sejarah yang diulas sedikit dalam daftar ini. Film ini digerakkan oleh enam orang sutradara dan penulis sekaligus. Lewat My Girl, penonton akan diajak bernostalgia untuk merasakan kembali masa kecil serta pola tingkah anak-anak di masa tersebut. Dengan mengangkat tema yang sangat menghibur, My Girl sukses besar dalam raihan angka penonton saat peredarannya di Thailand.
Diceritakan ketika itu, Jeab yang sudah dewasa, mendapatkan undangan pernikahan dari sahabat kecilnya sekaligus cinta pertamanya, Noi-Naa, yang berlangsung di kampung halaman Jeab dan Noi-Naa menghabiskan masa-masa kecil bersama. Dalam perjalanan, Jeab mengenang kembali memori masa kecilnya bersama Noi-Naa. Di sepanjang film, penonton akan dibuat duduk manis dan menikmati sejenak berbagai kenangan masa kecil Jeab yang tak pelak membuat penonton terhanyut dalam suasana.
Jika menonton My Girl, bisa dipastikan Anda akan tersenyum indah melihat berbagai pengalaman yang telah dilalui saat kecil. Seperti di sini diperlihatkan bagaimana permainan sederhana khas anak-anak seperti bermain sepak bola di lapangan tanah, bermain peran para karakter laga dengan kostum seadanya, bermain lompat tali dari karet, dan bersepeda dengan teman di sore hari. Sebuah kegiatan yang pasti dulu pernah kita lakukan. Benar-benar menyenangkan dan sedikit menguras emosi. Bagi yang tidak tahan dengan hangatnya cerita maka tak ada yang salah jika Anda harus meneteskan air mata saat menontonnya.
11. The Overture (2004)
Rating: 8.0/10
12. A Little Thing Called Love (2010)
Rating: 7.7/10
13. Last Life in the Universe (2003)
Rating: 7.6/10
14. Hello Stranger (2010)
Rating: 7.6/10
15. Citizen Dog (2004)
Rating: 7.5/10
16. The Rocket (2013)
Rating: 7.3/10
17. 6ixtynin9 (1999)
Rating: 7.2/10
18. Blissfully Yours (2002)
Rating: 7.1/10
Itulah beberapa film Thailand terbaik yang beberapa di antaranya berhasil menembus dunia internasional, seperti Pee Mak, Ong-Bak, dan The Protector. Anda bisa memilih salah satu atau duanya untuk menemani hari libur Anda di rumah. Jika dalam daftar ini ada beberapa judul film yang menurut Anda belum dimasukkan, silakan tulis nama film beserta tanggapan Anda mengenai film tersebut di kolom komentar agar nanti bisa langsung dicantumkan ke dalam list di atas.
Tags: film thailand 18, film laga thailand gajah