Di dalam buku The Story of Film karya Mark Cousins, negara berjuluk Negeri Sakura ini tercatat selalu memproduksi film hingga lebih dari 400 film per tahunnya. Mengetahui angka sebanyak itu, tak heran jika Jepang dianggap sebagai salah satu negara tertua dan terproduktif dalam ranah industri film. Bahkan, Jepang juga dikatakan sebagai salah satu negara asia yang paling eksis untuk urusan perfilman dibanding negara-negara asia lain.
Hingga kini, sudah banyak film-film buatan Jepang yang berhasil menyabet berbagai penghargaan serta memperoleh apresiasi dari penonton dan pengamat film dunia. Jika Anda ingin menikmati hiburan film dari Jepang, berikut akan Oliswel.com berikan daftar film Jepang terbaik yang kemunculannya sempat menghebohkan dunia persinemaan internasional. Apa saja? Yuk, disimak langsung daftarnya.
1. Seven Samurai (1954)
Dalam industri film di Jepang, nama Akira Kurosawa bukanlah nama baru. Sineas legendaris Jepang ini pernah menelurkan film berjudul Seven Samurai yang kemudian dibuat ulang oleh Hollywood dengan judul “The Magnificent Seven” pada 6 tahun setelah film originalnya beredar. Seven Samurai dianggap sebagai salah satu film Jepang terbaik sepanjang masa yang memberikan pengaruh besar pada perkembangan dunia perfilman yang tak hanya di Jepang, tetapi juga di seluruh dunia.
Dengan hampir memenuhi 3,5 jam durasi tayang, Seven Samurai akan mengajak kita untuk melihat para petani di sebuah desa yang mulai resah dengan para bandit yang kerap merampok dan merampas harta penduduk. Bahkan, bandit-bandit itu juga tak tega untuk mengambil gadis-gadis dari desa tersebut untuk dijadikannya “mainan”. Atas saran tetua desa, beberapa penduduk desa berkelana untuk merekrut samurai yang ingin dibayar rendah untuk menjaga desa mereka.
Bukan hal yang mudah untuk menemukan samurai, apalagi dengan bayaran yang rendah. Hingga di saat rasa frustasi hampir menghambat keinginan mereka, mereka bertemu dengan Kambei Shimada, seorang samurai berkemampuan tinggi yang ingin membantunya tanpa imbalan besar, meskipun pada awalnya dia menolak. Setelah itu, Kambei mulai menyusun strategi hingga diputuskan bahwa penduduk desa masih memerlukan 6 orang samurai lagi agar strategi tersebut bisa dilaksanakan untuk melindungi desa dari serbuan para bandit.
Tentunya, Seven Samurai masih sangat wajar jika dikatakan sebagai film Jepang terbaik yang pernah ada. Akira Kurosawa tak muluk-muluk dalam pengangkatan temanya. Cerita dalam Seven Samurai memang begitu membumi dalam artian yang logis, terutama di bagian peperangan. Dengan balutan aksi dan drama, Seven Samurai menjadi suguhan epik yang telah diperhitungkan bagaimana akhir perjuangan dari para samurai untuk menciptakan kedamaian bagi penduduk desa.
2. Harakiri (1962)
Tampaknya Jepang memang selalu bangga untuk memasukkan figur samurai ke dalam film-filmnya. Selain Seven Samurai buatan Kurosawa, ada juga Harakiri yang dibesut langsung oleh Masaki Kobayashi. Harakiri sendiri merupakan seremonial untuk menjaga kehormatan samurai di Negeri Sakura. Di film ini, kita akan diperkenalkan dengan tokoh utama, Hashiro Tsugomo, yang dimainkan dengan sangat baik oleh Tatsuya Nakadai.
Harakiri bercerita tentang seorang samurai tua tak bertuan, Hashiro Tsugomo, yang ingin melakukan harakiri untuk memperbaiki kehormatannya. Sebelum melakukan harakiri, Hashiro bercerita tentang menantunya yang melakukan harakiri tanpa pedang. Hal tersebut dikarenakan pedang milik menantunya dijual untuk biaya anak dan istrinya yang sakit. Jadi, menantu dari Hashiro melakukan harakiri dengan menggunakan pedang bambu yang tumpul.
Selama membagikan kisah menantunya, Hashiro mengetahui kalau klan tempatnya melakukan harakiri ternyata menjadi klan yang bertanggung jawab atas kematian menantunya itu. Oleh karenanya, Hashiro yang tak bertuan itu ingin melakukan balas dendam terhadap klan tersebut. Secara tak langsung, Hashiro di sini ingin memecah “kode-kode samurai” yang melekat pada penduduk dunia dalam melihat Jepang. Mungkin karena dilatarbelakangi dengan ketidakbertuanannya dia, Hashiro berani menunjukkan kesetiaan seorang samurai terhadap keluarga, bukan kepada tuannya.
Jika Anda tertarik menonton salah satu film Jepang terbaik di dunia ini, Anda perlu menyiapkan diri. Mengapa? Sebab penyajiannya dialirkan dengan tempo yang lambat karena Kobayashi berusaha mengeksplorasi tiap karakternya dengan sabar agar bisa mendapatkan momentum yang pas pada saat klimaks. Selain itu, film ini juga lebih cenderung bermain dalam unsur psikologis dan drama tragis. Jadi, apabila Anda mengira ini adalah film adu pedang yang biasa dilakukan oleh para samurai, maka Harakiri bukan film semacam itu.
3. Woman in the Dunes (1964)
Woman in the Dunes (Suna no Onna) atau yang berarti Wanita Pasir merupakan film yang didandani oleh Hiroshi Teshigahara dan dibintangi oleh Eiji Okada dan Kyoko Kishida. Latar yang ditampilkan dalam Woman in the Dunes terinspirasi dari novel berjudul sama kepunyaan Kobo Abe. Sejak peredarannya, terutama di Jepang, film ini memperoleh sambutan positif dari para penggemar serta kritikus film.
Woman in the Dunes bercerita tentang seorang guru sekolah bernama Junpei Niki yang sedang melakukan perjalanan untuk mengumpulkan serangga yang tinggal di pasir. Saat ingin kembali dari pencariannya, Junpei ketinggalan bus terakhir. Hal itu membuat dia dibawa oleh penduduk desa ke sebuah rumah di mana ada seorang janda muda tinggal sendirian. Ketika menumpang inap di rumah janda muda tersebut, Junpei justru jatuh hati dengannya.
Dari segi cerita, sepertinya sudah banyak kisah-kisah semacam ini, semisal pada film The Last Samurai yang dibintangi oleh Tom Cruise. Woman in the Dunes juga termasuk film Jepang terbaik dikarenakan pernah masuk dalam dua nominasi di Penghargaan Akademi, yakni untuk Sutradara Terbaik dan Film Berbahasa Asing. Meskipun pada ajang penghargaan film paling bergengsi itu Woman in the Dunes tak berhasil memenangkannya, sebagai gantinya, Woman in the Dunes berhasil memenangkan Penghargaan Juri Khusus di Festival Film Cannes 1964.
4. Samurai Rebellion (1967)
Usai bersenang-senang menikmati pujian dari penikmat film di seluruh dunia lewat Harakiri-nya, lima tahun setelahnya, Masaki Kobayashi kembali hadir dengan Samurai Rebellion. Lewat Samurai Rebellion, Kobayashi ingin memperjelas dan mempertegas kritiknya terhadap kode-kode samurai dengan efek-efek yang lebih ekspresif.
Samurai Rebellion akan mengenalkan kita pada sebuah keluarga yang dikepalai oleh seorang samurai renta bernama Isaburo Sasahara yang hidup damai dan tentram bersama istri dan anaknya. Masalah mulai datang ketika petinggi klan Aizu meminta Yugoro menikahi mantan istrinya, Lady Ichi. Sejak itu, keluarga tersebut harus memperjuangkan hak serta martabatnya secara langsung di hadapan klan Aizu dengan petinggi yang arogan serta terkesan labil itu.
Jika Harakiri lebih menonjolkan perjuangan sesosok Samurai, maka Samurai Rebellion berbeda. Film Jepang aksi terbaik dari Kobayashi ini menampilkan perjuangan sebuah keluarga yang tak ingin mengalah hanya karena sikap tirani dari pemimpin klan Aizu. Dengan tambahan konflik internal yang dipantik oleh istri Isaburo serta visual efek yang mengesankan, Samurai Rebellion menjadi film yang sangat menarik untuk disimak.
5. Red Beard (1965)
Satu dekade setelah menerbitkan Seven Samurai, Akira kembali menghadirkan sebuah film yang lagi-lagi menjadi film Jepang terbaik sepanjang masa. Red Beard memiliki plot yang bersumber dari gabungan cerpen karya Shugoro Yamamoto berjudul Akahige Shinryotan dan novel karya Fyodor Dostojevsky berjudul The Insulted and The Injured.
Dari kedua karya tulis itu, Akira menggabungkannya menjadi karya baru yang berhasil mengamini keinginan besarnya untuk mengangkat masalah kesenjangan sosial dengan bumbu yang pas berupa eksplorasi dua tema besar yakni humanisme dan eksistensialisme. Anda penasaran untuk mengetahui seperti apa jalan cerita dari Red Beard?
Dengan setting pada abad ke-19 atau tepatnya di era penguasa Shogun, Red Beard memulai kisahnya dengan memperlihatkan sebuah rumah sakit yang dikelola olehDr. Kyojo Niide yang dijuluki Si Janggut Merah. Di rumah sakit tersebut, semua pasiennya adalah kaum papa. Berbeda dengan kebanyakan rumah sakit, Niide mengutamakan kesembuhan dan keselamatan para pasiennya.
Di rumah sakit tersebut, setiap pasien benar-benar dirawat dengan sepenuh hati. Bahkan, para pasien ini juga diperbolehkan menetap. Banyak dari mereka yang betah tinggal di situ dan merasa menjadi bagian dari sebuah keluarga. Hingga suatu ketika, datang dokter muda lulusan Belanda, Dr. Noboru Yasumoto, yang ditugaskan untuk praktik di rumah sakit tersebut.
Meski awalnya Noboru adalah sosok yang arogan dan ogah melayani para pasien, lambat laun dia berubah setelah melihat ketulusan dan kemuliaan hati Niide yang memperlakukan setiap pasiennya dengan sangat baik. Karena apa yang diperbuat oleh Niide, Noboru mendapatkan pengalaman batin yang mengubah pandangan hidupnya untuk selamanya.
6. Yojimbo (1961)
Kurosawa memang tak pernah kehabisan ide untuk terus melambungkan figur samurai ke mata penduduk dunia. Selain Harakiri, ada juga Yojimbo yang terbit setahun sebelumnya. Di sini, Kurosawa juga mempertontonkan perjuangan seorang ronin atau samurai tak bertuan yang berkeinginan untuk menciptakan kedamaian di sebuah kota.
Diceritakan Sanjuro, seorang ronin baru tiba di sebuah kota kecil mendapatkan informasi dari pengelola penginapan bahwa di kota tersebut sedang terjadi perang antara dua kubu yang sama-sama ingin memonopoli perjudian. Yakin akan kemampuannya, Sanjuro ingin memanfaatkan kesempatan tersebut untuk memperoleh uang sebanyak-banyaknya.
Setelah menunjukkan keahlian pedangnya, dia menawarkan diri ke dua kubu tersebut di mana yang berani membayar paling tinggi maka itulah yang akan dibantu oleh Sanjuro. Meski awalnya sikap Sanjuro dalam memanfaatkan situasi yang sedang berkecamuk itu tak disukai oleh pemilik penginapan, namun si pemilik penginapan itu tahu bahwa tujuan sebenarnya dari apa yang dilakukan oleh Sanjuro adalah untuk membebaskan kota tersebut dari perseteruan.
Namun sayangnya, keinginan Sanjuro tak semudah kedengarannya sebab setelah itu datang Unosuke yang membela salah satu pihak dengan membawa revolver. Agar misinya tak sia-sia, Sanjuro harus menggunakan kecerdikannya agar bisa selamat dari perseteruan kedua kubu itu dan juga mencari cara agar bisa menghadapi revolver milik Unosuke.
Yojimbo dikatakan sebagai film samurai Jepang terbaik dikarenakan tak mempertontonkan kesuperioran tanpa cela dari tokoh utamanya. Sanjuro yang diperankan oleh Toshiro Mifune di fim ini berperan dengan sangat luar biasa. Dia digambarkan sebagai sosok samurai yang biasa-biasa saja. Bahkan, dia juga dibuat kusut, malas, sering menguap, suka merapihkan pakaiannya, serta suka menggerakan bahu-bahunya seakan-akan dia pegal. Tapi, di balik itu semua, tak ada yang mengira kalau Sanjuro adalah petarung pedang yang hebat.
7. Rashomon (1950)
Ini adalah kali keempat nama Akira Kurosawa kembali muncul dalam daftar film Jepang terbaik ini. Di tahun 1950, sutradara kondang itu juga pernah merilis salah satu mahakaryanya yang berjudul Rashomon dengan bintang yang sama dengan bintang yang memainkan tokoh utama apda Yojimbo, Toshiro Mifune. Kurosawa mengadaptasi cerita dari dua kisah pada karya Akutagawa Ryunosuke yakni Rashomon dan Yabu no Naka. Di tahun 1964, Rashomon juga dilakukan pembuatan ulang oleh Hollywood dengan judul The Outrage.
Rashomon menjadi salah satu dari tiga film di mana dia bekerja sama dengan sinematografer hebat Kazuro Miyagawa. Lewat Rashomon, kedua sineas hebat di Jepang itu mencoba untuk membuyarkan kembali kesimpulan yang telah atau akan dibuat oleh para penontonnya. Untuk mengerti bagaimana maksudnya, lebih baik Anda ketahui sekilas ceritanya.
Tema utama yang diangkat pada Rashomon adalah mengenai tindakan kejahatan berupa pemerkosaan dan pembunuhan yang diungkapkan oleh keempat saksi, termasuk san pelaku. Dari keempat kisah yang dituturkan oleh saksi sekaligus pelaku kejahatan itu, setiap ceritanya tak ada yang berdekatan. Oleh karenanya, penonton tak akan bisa menentukan kebenaran dari peristiwa-peristiwa yang terjadi di hari itu.
Meskipun cukup kompleks, tapi konsep dari Rashomon telah memberi banyak pengaruh bagi film-film lainnya setelah itu. Di tahun 1951, Rashomon diberi penghargaan di ajang Penghargaan Oscar untuk kategori Film Berbahasa Asing Terbaik. Pada tahun yang sama, Rashomon juga memperoleh Piala Singa Emas pada Festival Vilm Venice yang berbuntut panjang pada mencuatnya nama Kurosawa ke dunia perfilman internasional.
8. Tokyo Story (1953)
Apapun genre film yang Anda sukai, kami sarankan untuk menonton Tokyo Story. Film ini adalah buah tangan Yasujiro Ozu yang juga masuk ke dalam daftar film Jepang terbaik yang wajib ditonton. Lewat Tokyo Story, Yasujiro mengangkat masalah kesenjangan hubungan anak dan orang tua yang di era modern ini kontras terjadi. Setelah menonton ini, Anda pasti akan menangis dan kembali menengok ke belakang lalu bertanya, “Apakah selama ini aku hanya memikirkan duniaku dan melupakan mereka, sosok yang telah merawatku hingga menjadi seperti ini?”.
Dikisahkan ketika itu pasangan suami istri renta Shukichi dan Tomi Hirayama sedang berkunjung ke Tokyo untuk menengok kedua anaknya, si sulung Koichi, dan si anak tengah, Shige. Dikarenakan tak punya waktu karena sibuk dengan aktivitasnya masing-masing, Koichi dan Shige meminta adik iparnya, Noriko, untuk menemani kedua orang tuanya. Meskipun tak ada hubungan darah, justru Noriko yang memperlakukan Shukuchi dan Tomi dengan segala kebaikan dan kehangatan.
Terlepas dari kebaikan yang dilakukan oleh Noriko, mereka tetap menyimpan derita yang tak terkira. Betapa keduanya merasa dibuang oleh anaknya sendiri hanya karena kesibukan –atau justru keegoisan? Pada satu dua bagian, diperlihatkan baik Shukichi ataupun Tomi yang bercerita tentang tidak menyangkanya mereka mengenai apa yang akan dilakukan oleh setiap anak-anak pada orangtuanya setelah mereka dewasa kelak.
9. The Twilight Samurai (2002)
Kembali membahas tentang samurai, di The Twilight Samurai kita akan diperlihatkan sesosok samurai miskin yang ditinggalkan selama-lamanya oleh sang istri karena penyakit paru-paru yang diidapnya. Dia adalah Iguchi Seibei yang juga dijuluki Tasogare Seibei atau Seibei si senja yang mengalami kesengsaraan hidup. Selain ditinggal oleh istrinya, dia juga harus merawat kedua anak perempuannya dan ibunya yang pikun.
Pada suatu malam, dia sedang mengantar pulang teman masa kecilnya, Tomoe, yang kemudian berlanjut pada adu pedang dengan mantan suami Tomoe, Koda Toyotaro, karena telah bertindak seenaknya terhadap Tomoe. Setelah pertarungan yang dimenangkan dengan mudah oleh Sebei itu, namanya kemudian semakin dikenal hingga menarik perhatian sekaligus undangan tarung pedang dengan samurai hebat, Yogo Zenemon.
Sebagai sosok samurai yang hidup susah, Seibei digambarkan dengan sangat baik. Mulai dari pakaian compang-campingnya, hal lain yang benar-benar membuat kita mengerti seberapa dalam penderitaan Seibei bisa terlihat ketika dia tak berani mengungkapkan perasaannya terhadap Tomoe yang meskipun Tomoe sendiri rela untuk menajdi istrinya hanya agar tidak semakin menyusahkan hidupnya atau membawa Tomoe ke dalam kehidupan yang menyulitkan.
10. Love Exposure (2008)
Setelah meluncurkan film horor bertajuk Suicide Club, enam tahun setelahnya, sutradara unik ini kembali hadir membawa Love Exposure untuk menjadi hiburan bagi setiap penikmat film di mancanegara. Sebelum menontonnya, Anda perlu thau kalau plot cerita pada Love Exposure dibangun dengan tempo naik turun dan beralur bolak-balik dari beberapa sudut pandang yang membuatnya tak membosankan.
Love Exposure akan menyorot perjalanan Yu Honda dalam mencari cinta sejatinya yang disimbolkan dengan sosok bunda Maria. Yu melakukan perjalanan itu untuk menepati janji ibunya yang telah tiada. Sementara di sisi lain, ada sang ayah yang menjadi seorang pastur yang kemudian membawa Yu bertemu dengan tokoh lain dengan ceritanya masing-masing hingga akhirnya Yu memenuhi takdirnya untuk bertemu dengan sang Maria. Siapakah itu?
Meski dilihat dari judulnya Love Exposure tampak seperti mempertontonkan kisah percintaan, sebetulnya film Jepang terbaik romantis ini menampilkan banyak adegan-adegan mengerikan, seperti muncratan darah, ledakan, perkelahian antar geng, sekte jahat ala Nil, dan bahkan berbagai unsur dewasa yang juga dilengkapi dengan khotbah dan ayat suci. Intinya, Love Exposure menjadi empat jam perjalanan relijius yang “penuh kasih” yang membuat kita mengenal apa itu cinta dan kasih.
11. Departures (2008)
Departures adalah film Jepang terbaik dan terpopuler yang disutradarai oleh Takita Yojiro dengan mengangkat tema tentang kehidupan dan kematian. Film ini telah mendapatkan banyak sekali penghargaan, baik di Jepang sendiri maupun di luar. Secara garis besar, Takita ingin mengangkat dua tema mengenai profesi seorang perias mayat, apakah itu pekerjaan yang mulia atau justru pekerjaan yang menjijikan? Penonton akan bisa memilih jawabannya sendiri setelah melihat film ini secara utuh.
Dikisahkan seorang pemain cello di orkestra, Kobayashi Daigo, yang harus menerima kenyataan bahwa pemilik orkestranya memutuskan untuk membubarkannya. Daigo khawatir akan masa depannya bersama sang istri, Mika, karena menyadari kemampuannya bermain cello tidaklah seberapa. Belum lagi dengan hutang yang harus dibayar untuk cello yang dibeli olehnya. Untuk sedikit mengurangi kemurungan yang menyelimuti, Mika kemudian memberi dukungan kepadanya.
Hingga suatu hari, dia mendapatkan lowongan pekerjaan untuk menjadi model sekaligus merias mayat. Meski awalnya dia sempat menutupi pekerjaannya itu dari istrinya, kemudian istrinya mengetahui dan memaksa Daigo untuk berhenti dari pekerjaan itu. Tapi semakin hari, Mika mulai bisa menerima dan keduanya semakin mengerti tentang makna hidup dan mati.
Konsep ceritanya memang sederhana, namun Takita berhasil memilih bintang pengisi tokoh di dalamnya dengan baik sehingga sukses memainkan emosi penontonnya. Jika memperhatikan betul jalan cerita pada film ini, maka penonton juga akan merasakan pergolakan batin yang dialami oleh seorang Daigo mengenai keinginan besarnya yang harus dilepaskan karena keadaan yang tak memungkinkan.
12. Nobody Knows (2004)
Mungkin hanya Nobody Knows yang pada daftar film Jepang terbaik ini yang bukan hanya terinspirasi dari kisah nyata, melainkan diangkat langsung dari kejadian yang berasal dari kisah nyata. Film garapan Hirokazu Koreeda ini mengisahkan perjuangan seorang anak belasan tahun yang hidup sendiri dan memiliki kewajiban untuk mengurus kehidupan adik-adiknya.
Bercerita tentang Akira, seorang bocah tertua yang harus menjaga ketiga adiknya ketika ibunya, Keiko, yang merupakan seorang wanita malam lebih memilih untuk pergi dan tak kunjung kembali. Akira beserta ketiga adiknya ditinggal di sebuah apartemen yang mana mereka tak diperbolehkan untuk keluar, bahkan untuk mengintip dari balok pun tidak diperbolehkan.
13. High and Low (1963)
Rating: 8.4/10
14. Sansho the Bailiff (1954)
Rating: 8.4/10
15. Ikiru (1952)
Rating: 8.3/10
16. Banshun (1949)
Rating: 8.3/10
17. Ugetsu (1953)
Rating: 8.2/10
18. Still Walking (2008)
Rating: 8.0/10
19. Wolf Girl (2005)
Rating: 7.9/10
20. Fireworks (1997)
Rating: 7.9/10
21. The Taste Of Tea (2004)
Rating: 7.8/10
22. Our Little Sister (2015)
Rating: 7.6/10
23. 1 Litre of Tears (2005)
Rating: 8.1/10
24. All About Lily Chou-Chou (2001)
Rating: 7.7/10
25. Josee, the Tiger and the Fish (2003)
Rating: 7.6/10
26. 13 Assassins (2010)
Rating: 7.6/10
Itulah beberapa film Jepang terbaik yang bisa Anda saksikan di waktu luang Anda. Meskipun semua orang sadar kalau eksistensi perfilman Jepang masih kalah mentereng dengan industri perfilman Hollywood, tapi soal kualitas dan ide cerita, Jepang juga tak mau kalah. Karenanya, tak aneh jika di tahun 1950 – 1960an, industri film di Jepang disebut-sebut sebagai Golden Era.