Jika memperhatikan dunia perfilman di Asia, sepertinya Jepang dikenal sebagai kiblatnya animasi atau anime dan film bertemakan horor. Percaya atau tidak, memang seperti itu adanya. Fakta semacam ini bukan sesuatu yang baru bagi mereka yang kerap menikmati tontonan-tontonan berdurasi. Pasalnya, negara berjudul Negeri Sakura itu memang banyak menciptakan karya-karya sastra bertemakan horor yang fenomenal dan tak segan-segan untuk membuat penikmatnya terbawa suasana.
Berbagai macam rupa dan tokoh hantu yang berdasarkan khayalan sang sutradara atau mengambil dari cerita urban legend bisa ditemukan dalam film horor Jepang. Selain menampilkan sosok-sosok bayangan atau bentuk nyata dari hantu, Jepang juga mampu menciptakan ketegangan tanpa menampilkan sosok-sosok yang menakutkan. Seperti berikut, Oliswel akan menyebutkan sepuluh film horor dari Jepang yang bisa membuat bulu kuduk penontonnya bergidik kaku.
1. Ringu (1998)
Tak sedikit orang yang mengenal sosok hantu bernama Sadako. Kebanyakan orang menganggap bahwa hantu tersebut berasal dari film horor Hollywood berjudul The RIng yang sebetulnya merupakan hasil remake dari film horor Jepang terseram berjudul Ringu. Terbit pada tahun 1998, film bergenre horor misteri ini bisa dibilang membawa ide segar ke dunia perfilman, khususnya untuk genre yang menimbulkan suasana mengerikan.
Ringu sendiri merupakan salah satu film horor Jepang yang paling seram seperti yang telah Oliswel singgung sebelumnya: berdasarkan legenda urban. Diceritakan kala itu dua remaja siswi di Tokyo meninggal dunia setelah menonton sebuah tayangan video dari kaset. Ternyata, setelah diusut oleh salah seorang bibi dari korban bersama mantan suaminya mendapatkan informasi bahwa video tersebut berisikan kutukan. Bagi yang menontonnya, akan meninggal dalam waktu 7 hari.
Celaka bagi bibi dari salah satu remaja siswi yang menjadi korban dari kutukan video tersebut. Pasalnya, dia juga menonton video tersebut dengan tujuan untuk mengetahui apa isi dari kaset tersebut. Untuk mencegah kutukan tersebut menghampiri dirinya, sang bibi yang bernama Reiko, bersama mantan suaminya, Ryuji, pergi ke sebuah pulau yang menjadi asal-muasal serta akar penyebab dari kutukan di dalam video tersebut.
2. Audition (1999)
Jika Anda mengartikan horor sebagai film yang berisikan hantu-hantu menyeramkan, maka sepertinya penafsiran tentang istilah horor terlalu sempit. Horor sendiri sebetulnya adalah sesuatu yang menimbulkan perasaan takut yang amat sangat, begitu menurut KBBI. Sudah sepakat? Sekarang saatnya Anda sedikit mengetahui tentang film horor Jepang terseram yang satu ini.
Audition merupakan sebuah film horor kontemporer dari Jepang yang tak semua orang bisa menikmatinya. Di dalamnya banyak adegan-adegan sureal yang kejam yang bermunculan dengan tempo lambat. Untuk menciptakan ketegangan yang tak biasa, Audition cukup banyak menampilkan adegan-adegan sadomasokis dengan penekanan yang cenderung sadis.
Salah satu masterpiece dari seorang Takashi Miike mengawali kisahnya dengan kematian seorang perempuan yang meninggalkan suami, Aoyama, dan anaknya yang masih kecil. Sepuluh tahun kemudian, dikarenakan desakan dari sang anak, Aoyama melakukan audisi palsu hanya untuk mendapatkan istri baru. Asami, adalah satu dari sekian banyak peserta audisi yang berhasil menjerat hati Aoyama.
Sampai tiba pada suatu hari, Asami menghilang. Aoyama yang penasaran mulai mencari Asami yang kemudian mendapati rahasia gelap dari Asami. Sejak itu, “hubungan romantis” dari Aoyama dan Asami dimulai. Pada paruh kedua, Audition mulai meningkatkan tensi film ke arah yang tak bisa membuat penontonnya bernapas bebas. Gambar-gambar sureal yang ganjil mulai diperlihatkan hingga pada bagian akhir, Asami yang tampak lembut dengan senyum menawannya ingin memberikan “persembahan” yang tak mungkin dilupakan oleh Aoyama (dan pastinya kita semua yang ikut tersedot dalam permainannya).
3. Ju-On
Meski tidak jelas ingin dibawa kemana jalan ceritanya, Ju-On tetap “mempesona” dengan caranya sendiri. Terbukti dengan raihan angka serta respon positif dari para penonton di dunia, Ju-On berhasil eksis sebagai film horor Jepang yang tampaknya akan menjadi mimpi buruk banyak orang. Tepat pada 20 Juni 2015, Jepang kembali dihantui oleh arwah Kayako dan Takeo lewat kutukan brutal yang tersaji dalam Ju-On: The Final.
Mungkin belum banyak yang tahu kalau film horor terlaris di Jepang ini sebetulnya sudah populer di negara asalnya sejak 1998. Namun, dunia internasional baru mengenalnya lewat Ju-On: The Grudge yang rilis pada 2002. Untuk Anda yang masih kebingungan sekaligus penasaran ingin menontonnya dari seri pertama, Ju-On memulai kisahnya secara berurut dari Gakko no Kaidan G, Ju-On: The Curse (2000), Ju-On: The Curse 2 (2000), Ju-On: The Grudge (2002), Ju-On: The Grudge 2 (2003), Ju-On: White Ghost – Black Ghost (2009), Ju-On: The Beginning of the End (2014), dan Ju-On: The Final (2015).
Garis besar cerita Ju-On dimulai dengan kehidupan Kayako, seorang wanita yang tak dipedulikan keluarganya dan tumbuh menjadi pribadi yang kesepian dan sangat tertutup. Untuk mengobati kesedihannya, Kayako mencurahkan isi hatinya ke dalam diary. Saat kuliah, Kayako jatuh hati pada Shunsuke Kobayashi yang ternyata cintanya bertepuk sebelah tangan. Tak lama kemudian, Kayako ebrtemu dengan Takeo Saeki, seorang pria dengan latar belakang sama yang sangat memahami Kayako.
Karena mereka menganggap bisa menjalin sebuah hubungan berkat kesamaan nasib hidup, Kayako dan Takeo pun menikah dan punya seorang anak laki-laki yang dinamai Toshio Saeki. Kemudian di lain tempat, Kobayashi telah menjadi seorang guru dan secara kebetulan dia mengajar di kelas Toshio. Seketika itu, Kayako kembali memiliki perasaan yang sama kepada Kobayashi seperti dulu sewaktu kuliah dan menuliskan curahan hatinya itu di diary kesayangannya. Meski demikian, Kobayashi tetap mengambil jarak dan menghindari Kayako.
Konflik dari film horor Jepang terbaik ini mulai muncul ketika buku harian Kayako dibaca oleh Takeo dan membuatnya murka serta berpikir serampangan. Dia mengira Kayako berselingkuh dengan Kobayashi sekaligus berpikir bahwa Toshio adalah hubungan gelap istrinya dengan Kobayashi. Karena itu, Kayako berubah seperti seorang yang psikopat. Dia menyiksa Kayako dan berujung pada kematiannya. Merasa belum puas, Takeo pun melanjutkan pelampiasan amarahnya kepada Tashio dengan menguburkannya bersama kucing peliharaan Toshio bernama Mar ke dalam bathtub kamar mandi.
Usai “mencabut nyawa” Kayako dan Toshio, Takeo pun pergi ke rumah Kobayashi bersama keinginan yang sama: membunuhnya. Karena tak mendapati Kobayashi di rumahnya, dia justru menghabisi istri Kobayashi, Manami, yang sedang hamil. Saat Takeo beranjak pergi dari rumah Kobayashi, Kayako tiba-tiba muncul dalam wujud Onryo yang tanpa tabik langsung menghabisi Takeo. Setelah kejadian pembunuhan itu, arwah Kayako, Toshio, dan kucingnya Mar tinggal di rumah tersebut.
Arwah Kayako dan Toshio akan membunuh siapapun yang masuk ke rumah tersebut dan mengusik ketenangan mereka. Teror yang dilakukan oleh mendiang Kayako dan anaknya ini “menurun” dan “mengalir” ke orang-orang sekitar yang memiliki hubungan dengan orang yang masuk ke rumah tersebut. Jadi, meskipun orang yang bersangkutan tak pernah menginjakkan kaki ke rumah tersebut, tapi dia tetap dihabisi oleh Kayako apabila kerabatnya pernah memasuki rumah tersebut. Itulah mengapa teror yang dilakukan Kayako dan Toshio disebut sebagai “Kutukan yang Menurun”.
4. Hausu (1977)
Jauh sebelum kelahiran film horor Jepang terseram seperti Ringu dan Ju-On atau tepatnya pada tahun 1997, sudah ada film yang sudah pasti tak boleh dilewatkan oleh para penggemar film horor. Hausu yang dalam bahasa Inggrisnya: House yang berarti rumah merupakan film yang meskipun terbilang tua, namun ceritanya masih nikmat untuk disantap sampai saat ini maupun tahun-tahun mendatang.
Secara singkat, Hausu mengisahkan tentang sekelompok remaja yang berlibur ke rumah tante dari salah satu mereka di mana si tante itu hanya tinggal sendirian di rumahnya yang sangat besar. Sesampai di rumah tersebut, banyak kejadian janggal yang membuat para remaja itu gelisah hingga kemudian satu persatu dari mereka harus menemui ajalnya di rumah tersebut.
Sekilas mungkin ceritanya klise dan mudah ditemukan di film-film bergenre serupa lain. Tapi tunggu dulu, jika Anda ingin merasakan ketegangan dengan tontonan yang tak biasa, maka disarankan untuk tidak menjadikan Hausu sebagai film horor yang sekilas berlalu. Di sini, Anda akan menemukan berbagai keunikan, mulai dari nama para tokoh serta cara kematian mereka.
Adegan-adegan yang mempertontonkan para tokohnya ketika meregang nyawa digambarkan dengan fantastis dan tak biasa. Mungkin hanya di Hausu Anda menemukan piano yang bisa memakan orang. Meski konyol dan terkesan absurd, sebetulnya konsep dan ide cerita itu yang membuat film ini semakin menakjubkan. Belum lagi dengan tambahan efek slow motion dan stop motion yang menambah sisi menarik dari Hausu.
Dan satu lagi, jika Anda mengira di sepanjang cerita pada film ini akan menciutkan nyali Anda, maka buang jauh-jauh anggapan tersebut. Pasalnya, Hausu ini tak sepenuhnya mengerikan karena pada beberapa bagian penontonnya akan sedikit diajak ketawa lewat tingkah-tingkah konyol dari beberapa tokohnya atau kejadian-kejadian lucu yang terjadi di dalam rumah itu. Jadi bisa dibilang kalau Hausu adalah film horor Jepang lucu juga.
5. Suicide Club (2001)
Sudah bosan menonton film horor Jepang yang bagus dengan sosok-sosok arwah yang kemunculannya selalu mengejutkan? Mungkin sekarang saatnya Anda melihat sebuah film buatan Shion Sono yang terkenal dengan ketidakwarasannya setiap kali menuangkan ide gilanya ke dalam sebuah film. Suicide Club adalah satu dari sekian banyak film garapan Shion Sono yang dijamin akan “memuaskan” keinginan Anda.
Untuk meyakinkan penonton mengenai seberapa tinggi tingkat kegilaan dari film ini, Shion memulai Suicide Club dengan memperlihatkan sekumpulan pelajar berkumpul dan berpegangan tangan sembari berhitung dengan nada childish. Kemudian ketika kereta datang, saat itu juga kesemua pelajar tersebut meloncat ke rel. Apa yang Anda lihat sesaat setelah itu jelas tak akan membuat mata Anda nyaman. Muncratan darah, kepala bocor, dan potongan-potongan tubuh seketika itu memenuhi layar.
Setelah peristiwa mengerikan itu terjadi, ternyata masih ada kisah lain yang membuntuti. Puluhan dan bahkan ratusan remaja mengikuti jejak mereka tanpa alasan. Jadi, apa yang sebenarnya terjadi? Itulah pertanyaan besar yang harus Anda ketahui jawabannya dengan terus memaksakan diri untuk terbawa dalam atmosfer kelam dan misterius yang dibangun oleh Shion lewat film ini.
Agar penontonnya tak penasaran, Shion memberi sedikit clue lewat sekuel keduanya berjudul Noriko’s Dinner Table yang sekaligus menjadi prekuel dari Suicide Club. Namun, sekeras apapun Anda mencoba untuk membongkar misteri di balik film yang berarti “Klub Bunuh Diri” ini, Shion sepertinya tak ingin apa yang disampaikan oleh hasil ketidakwarasannya ini dengan mudahnya diketahui oleh banyak orang.
6. Dark Water (2002)
Dark Water bukan hanya film horor Jepang yang paling menyeramkan, tetapi juga menyuguhkan cerita yang menyentuh. Film ini menyorot kehidupan sepasang ibu dan anaknya yang masih TK. Yoshimi, ingin memenangkan hal asuh anaknya, Ikuko, dengan cara menyekolahkannya ke TK yang berkualitas. Namun, di apartemen barunya sering sekali terjadi kebocoran.
Sampai suatu hari, Yoshimi mendapati putrinya yang terkurung di apartemen lantai atas yang kosong. Di apartemen yang kosong itu, ada sesosok hantu gadis kecil yang ternyata korban yang ditinggal kabur oleh orangtuanya. Hantu gadis kecil itu tak ingin melepas Ikuko. Untuk itu, Yoshimi rela menukar dirinya dan bersama hantu itu agar anaknya tak dibunuh.
Enam belas tahun berlalu, Ikuko yang telah dewasa kembali ke apartemen lamanya itu. Dia pun bertemu ibunya dan seketika merasa ada yang menatapnya, Ikuko pun menoleh ke belakang. Yang akan terjadi selanjutnya hanya bisa Anda ketahui sendiri dengan menonton langsung film ini.
7. Noroi: The Curse (2005)
Jika Hollywood punya film horor yang dikemas dengan gaya dokumenter berjudul [REC], maka Jepang punya Noroi: The Curse yang juga dibuat dalam bentuk mockumentary. Film horor Jepang yang dimotori oleh Koji Shiraishi ini membuka kisahnya dengan narasi seorang pria yang menceritakan Masafumi Kobayashi, seorang ahli supernatural yang telah banyak memecahkan berbagai misteri mengerikan yang sulit terpecahkan.
Pada sebuah kasus berjudul Noroi yang sempat Kobayashi dokumentasikan, dia dinyatakan hilang. Kemudian video dokumentasi Noroi diputar dan tampak Kobayashi saat dimintai bantuan oleh seorang wanita yang ingin mengetahui kejadian yang terjadi di rumah tetangganya yang misterius yang kerap terdengar suara tangisan bayi dari rumah tersebut. Satu kasus belum berakhir, muncul lagi kasus lain yang tak kalah misteriusnya. Hilangnya seorang anak bernama kana, kelakuan aneh seorang paranormal, hingga kasus bunuh diri yang pada akhirnya mengantarkan kita pada sebuah ritual masyarakat setempat bernama “Kagutaba”.
Noroi: The Curse adalah film horor terbaik di Jepang yang ditampilkan dengan gaya dokumenter. Dengan menggabungkan kepercayaan mistik penduduk Jepang dengan gaya penyampaian yang jarang dimiliki oleh kebanyakan film, Noroi: The Curse dikatakan berhasil dalam mengantarkan ketegangan, terutama dengan tambahan scoring musiknya yang pas dan bisa mengurangi rasa bosan penonton saat menikmati alur cerita yang disampaikan dengan tempo lambat.
8. Pulse (2001)
Pulse juga tak jarang disebut-sebut sebagai masterpiece dari Kiyoshi Kurosawa, salah seorang sineas yang hobi sekali menghadirkan suasana mencekam dari film horor buatannya. Pulse sendiri mungkin sudah tak asing di telinga. Pasalnya, Hollywood pernah me-remake film ini yang kemudian hanya menjadi film sebatas angin lewat. Inti cerita yang dimiliki oleh Pulse atau Kairo lebih kurangnya membahas tentang kematian. Dengan hookline “Do you want to meet ghosts?”, Pulse jelas membuat penasaran mereka yang belum pernah menontonnya.
Pulse bukan film horor Jepang terseram seperti kebanyakan. Di sini, Anda tak akan melihat berbagai macam hantu dengan bentuk wajah yang mengerikan. Mengapa? Sebab Pulse menyorot kisah para hantu yang ingin melakukan invasi lewat internet. Terdengar konyol? Memang begitu adanya. Alih-alih menampilkan image hantu yang telah membekas dalam benak, Pulse justru mengangkat tema yang lebih dari sekadar teror yang mencekam. Jadi, apakah Anda ingin bertemu langsung dengan para hantu?
9. Retribution (2006)
Setelah Pulse, Kiyoshi Kurasawa juga melayangkan film horor Jepang lima tahun setelahnya: Retribution. Seperti film dari Kurosawa umumnya, Retribution juga memiliki nuansa yang kental dan mencekam lewat gaya penceritaan dan plot yang rumit. Penonton akan dibuat memeras otaknya untuk bisa memecahkan kasus pembunuhan yang terjadi dalam film ini, yang pada akhirnya justru ditutup dengan ketidakmampuan otak kita dalam menangkap maksudnya.
Retribution membuka kisahnya dengan menampilkan sosok wanita berbaju merah yang dibunuh secara kejam oleh pria misterius. Setelah itu, terlihat seorang detektif paruh baya yang terbangun dari tidurnya karena gempa bumi yang cukup besar. Sang detektif kemudian menangani kasus pembunuhan yang meregang nyawa perempuan berbaju merah yang ditemukan tewas secara mengenaskan di sebuah lahan yang tadinya akan didirikan apartemen. Saat jasad perempuan itu ingin dipindahkan ke dalam ambulan, dengan anehnya keluar cukup banyak air laut dari mulut wanita tersebut.
Hal yang menjadikan penonton memutar otak untuk mencerna jalan cerita pada film ini adalah ketika sang detektif dihantui oleh sosok hantu wanita korban pembunuhan yang mengatakan kalau Noburo yang telah membunuh dia. Setiap penonton yang telah menentukan arah dari film ini bisa dibuat kecewa karena kenyataannya tak sesuai harapan. Lalu, siapa yang sebenarnya membunuh wanita tersebut, Noburo atau ada orang lain yang sengaja menjebak Noburo seakan-akan menjadi pelaku pembunuhan tersebut?
10. One Missed Call (2003)
Bagi mereka yang pernah menonton Ringu, mungkin One Missed Call terasa seperti bentuk lain dengan wajah yang sama. Jika Ringu mengambil premis berupa kutukan dari videotape, maka One Missed Call menggunakan media handphone. Terlepas dari premis yang seakan-akan berkaca dari Ringu, One Missed Call tetap layak dianggap sebagai salah satu film horor Jepang terbaik.
Inti cerita dari One Missed Call berjalan secara berkesinambungan. Sebuah telepon misterius dari orang yang sama (pemilik ponsel) dari masa depan mengabarkan diri mereka akan menemui ajalnya satu per satu secara misterius. Yumi, salah seorang teman dari mereka yang mendapati telepon misterius itu penasaran dan menelusuri misteri di balik kutukan itu.
Sebelum menontonnya, jangan Anda harap menemukan banyak shocking moment yang dilakukan oleh hantu-hantunya. Takashi Miike, lewat filmnya ini tak ingin membawa warna yang familiar ditemui dalam film-film horor pada umumnya. Namun meski begitu, banyak juga dari penontonnya yang merasa dikecewakan dengan kisahnya yang terasa ambigu dan tak tentu arah.
11. Onibaba (1964)
Rating: 8.0/10
12. Reincarnation (2005)
Rating: 6.2/10
13. Tales of Terror from Tokyo and All Over Japan (2004)
Rating: 5.6/10
14. Teketeke (2009)
Rating: 5.4/10
15. Kuime (2014)
Rating: 6.1/10
16. Yotsuya Kaidan (1959)
Rating: 7.2/10
17. POV: Norowareta Firumu (2012)
Rating: 5.8/10
18. Kaidan (1964)
Rating: 8.0/10
19. Kuchisake-onna (2007)
Rating: 5.5/10
20. Jigoku (1960)
Rating: 6.9/10
21. Kuroyuri Danchi (2013)
Rating: 5.1/10
22. Tomie (1999)
Rating: 5.3/10
Jika Anda menyimak betul, beberapa film horor Jepang yang telah dicatut pada daftar di atas mulai berasal dari era 90-an hingga masuk ke abad 21. Mengetahui hal tersebut sama saja menimbulkan anggapan bahwa sineas-sineas Jepang memang cukup serius untuk membidani film-film semacam ini. Tak heran jika banyak orang yang berburu film hantu Jepang hanya untuk menikmati ketegangan-ketegangan yang dihadirkan dalam beberapa puluh hingga ratus menitnya.